Senin, 10 September 2012

Kepepet Vs Iming-Iming
The Power of Kepepet

Kepepet Vs Iming-Iming
Ada 2 sebab yg membuat orang tak tergerak untuk berubah. Yang pertama adalah
impiannya kurang kuat, yang kedua tidak kepepet. Dua hal tersebut yang seringkali
disebut orang sebagai motivasi.

Kesalahan fatal yang timbul oleh sebagian besar motivator ataupun trainer motivasi
lainnya adalah hanya menggunakan impian sebagai 'iming-iming' untuk
menggerakkan audiens.

"Apa Impian anda? Siapa yang impiannya punya mobil mewah? Rumah mewah? atau
bahkan kapal pesiar?" Memang, saat di ruang seminar, mereka sangat terbawa dan
termotivasi oleh sang motivator. Tapi masalahnya, sepulang dari seminar, mereka
dihantam kemalasan, mungkin juga halangan-halangan bahkan seringkali oleh orang-
orang yang mereka sayangi. Apa jadinya? Mereka tetap diam ditempat.

Contoh yang kedua, ada seorang salesman yang bekerja di suatu perusahaan. Seperti
perusahaan lainnya, mereka menerapkan sistem bonus.

"Jika anda mencapai target yang telah ditentukan, maka anda akan mendapat bonus
jalan-jalan keluar negeri!" kata managernya.

"Gimana, semangat?" lanjut manager berinteraksi.

"Semagaat..ngat..ngat!" sambut salesman, sambil mengepalkan tangannya seolah siap
tempur. Bulan demi bulan pun berlalu tanpa pencapaian target. Kemudian si manager
bertanya,

"Apa bonus yang aku tawarkan kurang besar?".

"Enggak kok Pak, cukup besar, mudah-mudahan bulan depan tercapai Pak". Setelah 3
bulan masa 'iming-iming' tak berhasil, si manager mulai mengubah strategi. Dia
berteriak agak menekan di dalam meetingnya,

"Pokoknya, jika anda tidak bisa mencapai target penjualan yang sudah saya tetapkan,
anda saya PECAT!". Nah, keluarlah keringat dingin si salesman. Sekeluar dari
ruangan dia langsung menyambangi calon-calon customernya, kerjanyapun semakin
giat. Malas, malu, nggak pe-denya hilang seketika. Kok bisa? Karena KePePet! Yang
dia pikirkan, jika dia tidak dapat memenuhi target, dia akan dipecat. Jika dipecat,
penghasilannya akan nol.

"Trus anak istriku makan apa?" pikirnya. Anehnya, target penjualan yang selama ini
tidak pernah tercapai, bisa juga terlampaui.

Itulah yang disebut The Power of Kepepet. 97% orang termotivasi karena Kepepet,
bukan karena iming-iming. Maka dari itu ada pepatah mengatakan bahwa "Kondisi
Kepepet adalah motivasi terbesar di dunia!". Banyak perusahaan mengkampanyekan
Visi besarnya kepada seluruh karyawannya. Apa jawab mereka? "Emang gua
pikirin!". Bukannya salah karyawan yang tidak peduli terhadap visi perusahaan, tapi
karena visi itu tak terlihat oleh karyawan. Mereka lebih termotivasi oleh sesuatu yang
berupa ancaman, baik situasi dimasa mendatang ataupun berupa punishment.


John P. Kotter (Harvard Business Review) mengemukakan " Establishing Sense of
Urgentcy" adalah langkah pertama untuk menggerakkan perubahan dalam suatu
organisasi. Dengan melihat ancaman-ancaman terhadap kompetisi dan krisis,
membuat mereka tergerak, sebelum mengkomunikasikan "VISI". "Jika rasa sakit
terhadap kondisi sekarang tidak kuat, orang tak akan beranjak untuk berubah"

Jadi analisa kembali kehidupan Anda sekarang ini. Jika Anda tidak mengubahnya,
rasa sakit atau kerugian apa yang akan Anda dapatkan dimasa mendatang. Saran saya,
jika Anda berada di zona yang sangat nyaman untuk tidak berubah (tidak melihat
ancaman), ciptakan sedikit trigger (challenge) misalnya berupa penambahan investasi
rumah. Jangan beli rumah yang sesuai dengan kemampuan bayar Anda, tapi 'sedikit
lebih' dari kemampuan Anda sekarang. Nah, dengan begitu Anda mau nggak mau
dipaksa untuk mencari penghasilan tambahan atau mengurangi porsi pengeluaran
yang tidak penting. Langkah kedua baru pikirkan nilai investasi itu 5 sampai 10 tahun
mendatang, mungkin bisa sebagai solusi pembiayaan uang sekolah anak Anda kelak.
Dengan meletakkan porsi dan posisi The Power of Kepepet dan Iming-iming secara
tepat, InsyaAllah kita akan selalu termotivasi. FIGHT!


Sumber : Jaya Setiabudi,
Pendiri Entrepreneur Association Coach Entrepreneur Camp