Tampilkan postingan dengan label mindset. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mindset. Tampilkan semua postingan

Selasa, 05 April 2016

Karena Rezeki hanyalah "Hak Pakai", bukan "Hak Milik"

Aku melihat hidup orang lain begitu nikmat. Ternyata ia hanya menutupi kekurangannya tanpa berkeluh kesah...

Aku melihat hidup teman-temanku tak ada duka dan kepedihan. Ternyata ia hanya pandai menutupi dengan mensyukuri...

Aku melihat hidup saudaraku tenang tanpa ujian. Ternyata ia begitu menikmati badai ujian dalam kehidupannya...

Aku melihat hidup sahabatku begitu sempurna. Ternyata ia hanya berbahagia "menjadi apa adanya"...

Aku melihat hidup tetanggaku beruntung. Ternyata ia selalu tunduk pada Alloh untuk bergantung...

Maka aku merasa tidak perlu iri hati dengan rezeki orang lain...
Mungkin aku tak tahu dimana rezekiku... Tapi rejekiku tahu dimana diriku...

Dari langit yang ditinggikan, lautan biru yg luas, bumi yg dihamparkan dan gunung yg ditegakkan, Alloh telah memerintahkannya menuju kepadaku...

Allah yang Maha pengasih menjamin rezekiku, sejak 9 bulan 10 hari aku dalam kandungan ibuku...

Amatlah keliru bila berkeyakinan rezeki dimaknai dari hasil bekerja...
Karena bekerja adalah ibadah, sedang rezeki itu urusan-Nya...

Melalaikan kebenaran demi menghawatirkan apa yang dijamin-Nya, adalah kekeliruan berganda...

Manusia membanting tulang, demi angka simpanan gaji, yang mungkin esok akan ditinggal mati...

Mereka lupa bahwa hakekat rezeki bukan apa yang tertulis dalam angka, tapi apa yang telah dinikmatinya...

Rejeki tak selalu terletak pada pekerjaan kita, Sang Pencipta menaruh berkat sekehendak-Nya...
Ikhtiar itu perbuatan...
Rezeki itu kejutan...

Dan yang tidak boleh dilupakan, tiap hakekat rezeki akan ditanya kelak...
"Darimana dan digunakan untuk apa"...
Karena rezeki hanyalah "Hak Pakai", bukan "Hak Milik"...
Jangan lupa tugas kita utk selalu menjadi penebar manfaat bagi: sesama manusia, alam tetumbuhan, binatang/hewan.


# Grup Perindu Ramadhan Keluarga (PERAK 2016)

Kamis, 21 Januari 2016

Menilai orang lain tergantung kepada kejernihan pikiran kita

Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarokatuhu..

Alkisah...
Sepasang suami istri yang masih muda menempati rumah di sebuah komplek perumahan.
Suatu pagi, sewaktu sarapan, si istri melalui jendela kaca. Ia melihat tetangganya sedang menjemur kain.

"Cuciannya kelihatan kurang bersih ya", kata sang istri.
"Sepertinya dia tidak tahu cara mencuci pakaian dengan benar, Mungkin dia perlu sabun cuci yang lebih bagus."
Suaminya menoleh, tetapi hanya diam dan tidak memberi komentar apapun.

Sejak hari itu setiap tetangganya menjemur pakaian, selalu saja sang istri memberikan komentar yang sama tentang kurang bersihnya si tetangga mencuci pakaiannya.
Seminggu berlalu, sang istri heran melihat pakaian-pakaian yang dijemur tetangganya terlihat cemerlang dan bersih, dan dia berseru kepada suaminya:
"Lihat, sepertinya dia telah belajar bagaimana mencuci dengan benar. Siapa ya kira-kira yang sudah mengajarinya? "

Sang suami berkata, "Ma, papa bangun lebih pagi hari ini dan membersihkan jendela kaca kita."
Dan begitulah kehidupan.
Apa yang kita lihat pada saat menilai orang lain tergantung kepada kejernihan pikiran (jendela) lewat mana kita memandangnya..

Jika HATI kita bersih, maka bersih pula PIKIRAN kita.
Jika PIKIRAN kita bersih, maka bersih pula PERKATAAN kita.
Jika PERKATAAN kita bersih (baik), maka bersih (baik) pula PERBUATAN kita.

Hati, pikiran, perkataan dan perbuatan kita mencerminkan hidup kita.
Maka dari itu, jaga hati, pikiran, perkataan dan perbuatan kita.
صباحكم سعيد وجمعة مباركة إن شاء الله

InsyaAllah Bermanfaat, Aamiin ya Rabbal'alamiin...